Lingkungan hidup
adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya. keadaan
dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan prilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta
mahluk hidup lainnya (Soerjani, dalam Sudjana dan Burhan, 1996: 13). Definisi
tersebut secara tersurat menggambarkan bahwa dalam melakukan mekanisme survival
menjalani kehidupannya, makhluk hidup memanfaatkan lingkungan hidup yang ada
disekitarnya.
Manusia adalah makhluk
yang paling sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu
manusia memiliki daya yang paling besar untuk mengkreasi dan mengkonsumsi
berbagai sumber daya alam bagi kelangsungan hidupnya.
Adanya industri,
khususnya yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumber daya alam merupakan
salah satu contoh manusia dalam memanfaatkan lingkungan hidup yang ada
disekitarnya. Keberadaan industri pertambangan dan pengeboran minyak adalah
upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan energi dalam kehidupannya. Industri
pengelolaan hasil pertanian dan kelautan adalah usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan konsumsinya.
Gejala memanasnya bola
bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan
ozone, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernnya
lapisan es di Kutub Utara dan Selatan Bumi dapat dijadikan sebagai indikasi
dari terjadinya pencemaran lingkungan kerena penggunaan energi dan berbagai
bahan kimia secara tidak seimbang (Toruan, dalam Jakob Oetama, 1990: 16 - 20). Selain
itu, terdapat juga indikasi yang memperlihatkan tidak terkendalinya polusi dan
pencemaran lingkungan akibat banyak zat-zat buangan dan limbah industri.
Industri pertambangan
dianggap sebagai industri yang paling sering membuat kerusakan lingkungan. Contohnya,
perusahaan tambang dibangun di sebuah pulau kecil. Selain mengganggu daerah
resapaan air, proses penambangan perusahaan itu menyumbang limbah (tailing) B3
(bahan beracun dan berbahaya) bagi lingkungan sekitarnya. Kegiatan penambangan
emas dapat memicu terjadinya krisis air. Hal ini dikarenakan adanya proses
ekstraksi dalam penambangan emas. Agar mendapatkan satu gram emas dibutuhkan
100 liter air untuk proses ekstraksi.
Industri pengelolaan
hasil laut seringkali menyebabkan kerusakan ekosistem laut. Penangkapan ikan
menggunakan bahan peledak adalah salah satu pemicu rusaknya ekosistem laut.
Penangkapan ikan secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan keberlangsungan
kehidupan laut juga menjadi pemicu kerusakan ekosistem laut.
Industri pengelolaan
sumber daya alam, khususnya sumber daya alam yang tak terbarui (minyak bumi,
gas alam, batu bara) merupakan industri jangka pendek tetapi mampu memberikan
dampak yang panjang bagi kerusakan lingkungan. Contohnya, tragedi lumpur
lapindo di Kabupaten Sidoarjo. Kelalaian perusahaan dalam mengebor minyak,
mengakibatkan melubernya lumpur panas yang membahayakan bagi kehidupan manusia
dan kerusakan lingkungan. Selama empat tahun lumpur panas terus keluar dan
tidak dapat dihentikan. Akibatnya, lingkungan disekitar pengeboran menjadi
rusak parah. Wilayah yang semula daratan berubah menjadi danau yang penuh
dengan lumpur panas. Hilangnya vegetasi dan rusaknya infrastruktur merupakan
akibat kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan Lapindo.
Industri pengelolaan
sumber daya alam, khususnya sumber daya alam yang tak terbarui (minyak bumi,
gas alam, batu bara) merupakan industri jangka pendek tetapi mampu memberikan
dampak yang panjang bagi kerusakan lingkungan. Contohnya, tragedi lumpur
lapindo di Kabupaten Sidoarjo. Kelalaian perusahaan dalam mengebor minyak,
mengakibatkan melubernya lumpur panas yang membahayakan bagi kehidupan manusia
dan kerusakan lingkungan. Secara umum kerusakan lahan yang terjadi akibat
aktivitas pertambangan antara lain:
1. Perubahan vegetasi penutup
2. Perubahan Topografi
3. Perubahan pola Hidrologi
4. Kerusakan tubuh tanah
Referensi :
No comments:
Post a Comment